Pejuang Peradaban


Menjadi Seorang Guru tidak pernah terpikirkan sebelumnya, pekerjaan yang disebut "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" ini tidaklah mudah, penuh proses dan perjuangan.  Berawal dari memasuki dunia perkuliahan dengan jurusan yang dipilihkan oleh orang tua sebab jurusan yang diinginkan tidak diterima di Universitas yang di tuju kala itu. 3,5 Tahun menyelesaikan perkuliahan di Universitas Negeri Medan (UNIMED) Fakultas Ilmu Pendidikan jurusan PGSD sudah terlewati, perasaan yang awalnya agak canggung dengan sendirinya berubah  dan saya menikmati proses selama perkuliahan untuk belajar jadi calon guru SD dengan seiring berjalannya waktu saya mulai mencintai jurusan saya. Sempat  terlintas di benak saya  pertanyaan   seperti ini "Apakah aku  bisa menjadi guru  nantinya?" apalagi yang dihadapi adalah anak tingkat Sekolah Dasar (SD) ada rasa tidak  percaya diri.

Di Tahun pertama pasca kampus saya mulai memasuki dunia kerja dengan mencoba melamar pekerjaan ke beberapa sekolah dan Alhamdulillah diterima di salah satu sekolah Swasta sebagai guru pengganti selama 3 bulan, walaupun menjadi guru ganti sementara saya sangat bersyukur karena ini adalah pengalaman pertama saya mengajar. Disinalah semuanya berawal, hari pertama saya mengajar terlewati dengan baik. Kemudian memasuki  minggu kedua kendala  saat proses  belajar  mengajar  saya mulai terlihat. Sekolah tempat saya bekerja adalah SD Juara Medan salah satu sekolah Gratis Binaan Rumah Zakat di kota Medan. Latar belakang ekonomi siswanya juga menengah kebawah dan banyak dari keluarga kurang mampu bahkan yatim piatu. Itu sebabnya saya maklum dengan berbagai tingkah laku siswa saya yang kurang patuh dengan aturan dan motivasi belajarnya yang rendah.
Saya hampir menyerah menghadapi berbagai macam tingkah laku mereka, kebetulan saya di amanahkan jadi wali kelas II yang jumlah siswanya 20 orang. Dari 20 orang siswa tersebut ada 1 orang siswa saya yang sangat menguji kesabaran saya saat mengajar, namanya Umar. Umar salah satu siswa saya yang susah sekali tertib dan tidak bisa diam saat belajar, dia juga jarang menulis dan mengerjakan tugas, tidak hanya itu umar juga sering menjaili temannya. Tingkah umar sangat mempengaruhi teman yang lainnya akibatnya proses belajar mengajar tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Tantangan berikutnya adalah masalah minat belajar yang rendah, ketika saya menjelaskan pelajaran dan memberi tugas banyak siswa yang malas - malasan dan tidak fokus saat belajar. Bahkan yang paling membuat saya sedih dan merasa gagal menjadi guru ketika itu adalah setengah dari siswa saya yang dikelas keluar dari kelas meninggalkan kelas saat proses belajar. Sungguh tantangan yang menguras energi dan pikiran saya.
Melihat hal tersebut saya mulai merubah cara mengajar saya yang awalnya hanya dengan metode ceramah mulai belajar menggunakan teknik mengajar yang lebih menyenangkan dan membuat aturan kelas. Sunguh tidaklah mudah meluluhkan hati para siswa tersebut, banyak cara yang saya coba diantaranya saya menanyakan karakter mereka dan bagaimana menghadapi mereka kepada wali kelas mereka sebelumnya di kelas I dan sharing dengan rekan guru lainnya. Namun butuh proses, kemudian saya mulai mencari tau berbagai teknik mengajar dan mengikuti berbagai seminar pendidikan offline maupun online. Karena saya sadar guru merupakan pejuang peradaban untuk mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas dan berakhlak mulia. Maka sebagai guru saya harus terus menerus belajar menjadi guru yang pembelajar.
Salah satu manfaat yang saya rasakan adalah dari salah satu Kuliah Online dari Sekolah Guru Indonesia (SGI) yaitu Neourosain Teacher Club (NTC) merupakan grup online yang isinya para guru - guru se indonesia untuk belajar bersama dengan pemateri yang berpengalaman di bidangnya. salah satu materi yang dibahas adalah pembelajaran berbasis otak yang menyenangkan, kita juga di ajarkan bagaimana memaksimalkan pembelajaran di jam tertentu saat konsentrasi anak, dan juga belajar tentang metode Multiple Inteligence (MI) untuk memahami 9 kecerdasan anak. Di SGI kita juga diajarkan untuk mengamalkan 10 Kepemimpinan Guru untuk menjadi guru pemimpin diantaranya yaitu :
1. Teladan menegakkan ibadah, 2. Disiplin mengelola waktu, 3. Gemar membaca buku, 4. Pelopor kebersihan sekolah , 5. Aktif memberdaya masyarakat, 6. Sahabat terbaik siswa, 7. Tertib menyiapkan adminstrasi , 8. Kreatif membuat media, 9. Profesional dalam mengajar, 10. Gigih untuk menelitih. Dari ilmu yang saya dapat tersebut saya mulai menerapkannya di kelas saya dan Alhamdulillah anak - anak mulai antusias dan semangat mengikuti pelajaran. yang awanya mengajar hanya dengan metode ceramah sekarang mulai menerapkan berbagai teknik pelajaran yang menyenangkan. Sekarang saya sangat menikmati dan mencintai  profesi saya sebagai guru dan terus menerus memperbaharui ilmu saya. Seperti motto hidup saya Longlife education (Pendidikan Sepanjang Hidup), saya akan terus menerus belajar menjadi guru yang pembelajar sebagai pejuang peradaban

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Cinta Seorang Guru

FIM Keluarga kunang kunang

#DIRUMAHAJA