Bulan perjuangan
"Jangan berharap pada manusia kau akan kecewa, tapi berharaplah hanya pada Allah semata karena Allah tau yang terbaik untuk kita"
Di 9-10 Muharram lalu aku tersentak dan tersadar sungguh betapa lalainya diri ini, begitu banyak Rahmat yang Allah berikan kadang aku tak pandai bersyukur. Seketika dalam sholat isyah tanpa sadar tumpahan air mata begitu derasnya mengalir berharap ampunan darimu ya Allah. Semoga engkau terima amalan shoum (puasa) sunnah hamba.
Aku merenung panjang di 1 /3 malam terakhir 2 minggu lalu dibulan Muharram. Cerita yang 12 purnama (read: satu tahun) lalu yang telah kuanggap selesai dan rasa yang sudah ku ikhlaskan tapi kini kabar baik itu datang lagi. Ya Allah sungguh perjalanan hidup ini begitu banyak kejutan.
Kabar baiknya sebuah pesan WhatsApp masuk, agaknya kira2 isinya begini "Assalamualaikum Aisyah, Rencana si Polan mau datang kerumah mau memintamu, kalau kamu setuju biarku sampaikan *iya*.
Alhamdulillah ibunya juga sudah setuju".
Lama aku menatap pesan itu dan mencoba membaca berulangkali. Lalu membalasnya. "Tunggu, hal ini perlu kudiskusikan dulu bersama Bapak dan ibu".
Dan jawabannya Alahmdulillah "iya".
Proses menuju pernikahan tidaklah mudah, perundingan antara keluarga juga butuh banyak waktu. Aku hanya bisa menunggu sambil meminta hasil yang terbaik darimu ya Allah. Sungguh pernikahan adalah ibadah yang paling panjang. Sampai saat ini aku masih terus belajar untuk memantaskan diri dan mencari sebanyak2nya ilmu parenting.
Kadang ada begitu banyak pertanyaan hingga perasangka yang muncul di pikiranku. Tentang kenapa ibu tak setuju waktu itu? Kenapa sekarang tiba tiba setuju?. Sungguh aku hanya butuh alasan atau klarifikasi yang jelas bukan hanya asumsi semata.
Tapi, itu menurutku manusiawi. Aku harus berbaik sangka pada Allah dan mencoba positif thinking dalam situasi ini.
Aku yakin, karena ke seriusanmu serta niat baikmu untuk membangun keluarga ini bersamaku kau mau berusaha meyakinkan ibu mu. Aku tak ingin ada keterpaksaan dari keluarga mu karena menikah tak hanya menyatukan dua insan saja tetapi dua keluarga. Aku tak mau membangun keluarga yg tak ada kehangatan didalamnya.
Karena sungguh ridho orang tua adalah ridho Allah dan surga suami ada pada ibunya serta surganya istri ada pada suaminya.
Semoga dirimu bisa menyakinkan dan meminta restu yang tulus serta ikhlas dari kedua orang tuamu.
Apapun hasilnya ya Allah hamba hanya meminta dan berharap keridhoan serta keberkahan dari mu. Karena hamba yakin tulang rusuk itu tidak akan pernah berlabuh ke alamat yang salah.
"Aku yakin apa - apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdir ku dan apa yang di takdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku" (Umar bin Khattab)
Tanjung Morawa
17/09/2019
"Sedang melangitkan doa dan membumi kan ikhtiar"
Di 9-10 Muharram lalu aku tersentak dan tersadar sungguh betapa lalainya diri ini, begitu banyak Rahmat yang Allah berikan kadang aku tak pandai bersyukur. Seketika dalam sholat isyah tanpa sadar tumpahan air mata begitu derasnya mengalir berharap ampunan darimu ya Allah. Semoga engkau terima amalan shoum (puasa) sunnah hamba.
Aku merenung panjang di 1 /3 malam terakhir 2 minggu lalu dibulan Muharram. Cerita yang 12 purnama (read: satu tahun) lalu yang telah kuanggap selesai dan rasa yang sudah ku ikhlaskan tapi kini kabar baik itu datang lagi. Ya Allah sungguh perjalanan hidup ini begitu banyak kejutan.
Kabar baiknya sebuah pesan WhatsApp masuk, agaknya kira2 isinya begini "Assalamualaikum Aisyah, Rencana si Polan mau datang kerumah mau memintamu, kalau kamu setuju biarku sampaikan *iya*.
Alhamdulillah ibunya juga sudah setuju".
Lama aku menatap pesan itu dan mencoba membaca berulangkali. Lalu membalasnya. "Tunggu, hal ini perlu kudiskusikan dulu bersama Bapak dan ibu".
Dan jawabannya Alahmdulillah "iya".
Proses menuju pernikahan tidaklah mudah, perundingan antara keluarga juga butuh banyak waktu. Aku hanya bisa menunggu sambil meminta hasil yang terbaik darimu ya Allah. Sungguh pernikahan adalah ibadah yang paling panjang. Sampai saat ini aku masih terus belajar untuk memantaskan diri dan mencari sebanyak2nya ilmu parenting.
Kadang ada begitu banyak pertanyaan hingga perasangka yang muncul di pikiranku. Tentang kenapa ibu tak setuju waktu itu? Kenapa sekarang tiba tiba setuju?. Sungguh aku hanya butuh alasan atau klarifikasi yang jelas bukan hanya asumsi semata.
Tapi, itu menurutku manusiawi. Aku harus berbaik sangka pada Allah dan mencoba positif thinking dalam situasi ini.
Aku yakin, karena ke seriusanmu serta niat baikmu untuk membangun keluarga ini bersamaku kau mau berusaha meyakinkan ibu mu. Aku tak ingin ada keterpaksaan dari keluarga mu karena menikah tak hanya menyatukan dua insan saja tetapi dua keluarga. Aku tak mau membangun keluarga yg tak ada kehangatan didalamnya.
Karena sungguh ridho orang tua adalah ridho Allah dan surga suami ada pada ibunya serta surganya istri ada pada suaminya.
Semoga dirimu bisa menyakinkan dan meminta restu yang tulus serta ikhlas dari kedua orang tuamu.
Apapun hasilnya ya Allah hamba hanya meminta dan berharap keridhoan serta keberkahan dari mu. Karena hamba yakin tulang rusuk itu tidak akan pernah berlabuh ke alamat yang salah.
"Aku yakin apa - apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdir ku dan apa yang di takdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku" (Umar bin Khattab)
Tanjung Morawa
17/09/2019
"Sedang melangitkan doa dan membumi kan ikhtiar"

Komentar
Posting Komentar